Tiga Tahun bersama SD IT Zaid bin Tsabit
Oleh : Asri Satiti
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shalihat, segala puji hanya bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan
menjadi sempurna. Termasuk bagaimana Allah memperjalankan hamba yang faqir ini
untuk tumbuh bersama SD IT Zaid bin Tsabit. Pasca melahirkan sungguh belum ada
niatan untuk kembali berkhidmat di lembaga. Belum lama setelah melahirkan,
hadir permintaan dari guru kami untuk bergabung di sekolah ini, sedang
membutuhkan guru tahsin pesannya. Memang menarik karena sesuai dengan inginku,
tetapi apa aku bisa, sementara diri ini masih proses adaptasi dengan bayi
kecilku, belum lagi bagaimana menyeimbangkan dengan aktivitas di luar itu.
Tawaran aku
lewatkan begitu saja. Sampai saat aku merasa sudah cukup bisa beradaptasi
dengan bayiku, gurunda menyarankan kembali untuk memasukkan lamaran ke yayasan.
Dengan ridha suami, aku diantar ke SD IT Zaid bin Tsabit untuk mengantarkan
surat lamaran beserta syarat lainnya. Panggilan tes dan interview hadir, suami
dan anakku pun turut serta. Di sana aku mengerjakan tes tulis, tes baca Qur’an
bersama Mbak Asma, dan wawancara dengan Ustadz Edy yang baru ku tahu kalau
beliau ayah dari ketua BEM kampus kami.
Panggilan
microteaching hadir. Malam harinya aku membuka kembali metodologi Ummi dan
berlatih mengajar tahsin metode Ummi dengan runtutan tahapannya. Paginya saat bertemu
kepala sekolah, rupanya aku diminta microteaching mapel Bahasa Indonesia.
Subhanallah, keringat dingin muncul begitu saja, terlebih aku harus
microteaching di kelas 1 pula. Baiklah aku jalani saja meski dengan penguasaan
kelas yang amat kacau.
Alhamdulillah
ternyata berlanjut ke proses magang. Aku hadir pagi itu bersama bayi tujuh
bulanku. Memang bisa ya, mengajar sambil bawa bayi? Tentu tidak, tetapi sekolah
memfasilitasi hadhonah. Para busui jadi lebih tenang dan bisa menengok bayi di
kala istirahat. Hal ini pula yang menjadikan suami ridha untuk kembali
berkhidmat menjadi guru.
Alhamdulillah
pengalaman baru aku magang di kelas 1 mendampingi mapel umum dan tahsin.
Belajar bagaimana membersamai mereka dengan segala tingkah polahnya. Sebulan
sudah memahami ritme, qodarullah berpindah ke kelas 5 karena Bu Tina melahirkan
dan Bu Muslimah menjadi PLT KS. Duniaku jadi lebih berwarna karena tentu
belajar lagi cara komunikasi sesuai usia mereka. Alhamdulillah belajar di kelas
5 selama 3 semester lebih. Bahagia tentu, seru apalagi, menangis pun pernah,
meninggalkan kelas? Iya juga. Sungguh rasanya waktu itu sudah bingung harus
bagaimana, sampai akhirnya memilih diam dan pergi meninggalkan kelas.
Alhamdulillah ‘ala kulli hal, semua itu terlewati dan menjadi momen yang
terkenang oleh lulusan tahun ini. Laa
uridu illa ishlah, tiada yang kami inginkan melainkan perbaikan. Semua
dilakukan karena ingin anak-anak jauh lebih baik dalam adabnya. InsyaAllah
sekarang sudah semakin baik ya, Nak?
Momen demi momen
terlewati. Berpindah dari satu agenda ke agenda lain, dari satu kepanitiaan
yang belum selesai, alhamdulillah ada lagi peluang amal di kepanitiaan lain.
Bahkan berpindah dari satu bidang ke bidang lain. Memang kita diminta untuk
selalu bersegera menjemput kebaikan.
فَاِذَا
فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ
"Apabila
engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk
kebajikan yang lain)" (QS. Asy-Syarḥ: 7)
Lelah? Tentu. Tapi
aku coba untuk kembali mengingat slogan LDF-ku dulu, laa rohah lil mukmin illa fil jannah, tiada istirahat bagi seorang
mukmin melainkan ia telah sampai di Surga. Kalau mengingat ini tak berhasil,
maka aku lihat teman-teman yang begitu bersegera menyelesaikan amanah demi
amanahnya. Mungkin shalat malam, tilawah, puasa atau sedekah dalam diamnya yang
menjadikan energinya begitu luar biasa. Terima kasih ya teman-teman SD IT Zaid
bin Tsabit, banyak teladan dan inspirasi kebaikan aku dapatkan.
Pernah kecewa?
Tentu saja. Mungkin masih ada inginku dilihat oleh manusia. Maka kembalikanlah
orientasi kita hanya karena Allah saja. Tak selalu berhasil tentunya, tapi ada
teman-teman yang saling menguatkan untuk mengembalikan kebergantungan kita
hanya pada Allah semata. Dan aku bersyukur karena menemukan sahabat dalam taat
di sini.
Sejak awal aku
sampaikan bahwa memang tak akan lama belajar di sini, suatu hari nanti aku akan
kembali untuk membersamai suami dan mengakhiri LDM ini. Dan saat itu tiba,
sungguh menyesakkan rasanya, rupanya hanya kurang lebih 3 tahun Allah
perjalankan untukku belajar di sini. Menghitung hari demi hari, menyelesaikan
satu demi satu urusan, dan tibalah esok hari terakhir aku di sekolah ini, maka
izinkan tulisan ini mewakili gejolak rasa di hati.
Alhamdulillah, SD
IT Zaid bin Tsabit menjadi bagian dari perjalanan hidup yang amat bermakna dan
mengembangkan banyak kebaikan pada diri. Terima kasih Bapak/Ibu Guru dan
Karyawan, amat banyak kebaikan yang tak mampu untuk dituliskan di sini. Terima
kasih Bapak/Ibu Wali Murid atas komunikasi dan sinerginya selama ini. Dan anak-anak
yang pernah berinteraksi dengan Bu Asri, semangat bertumbuh dalam adab, ilmu,
dan Al Qur'an. Mohon maaf atas segala salah dan kurangnya diri. Mari tetap
saling menyapa, minimal lewat rabithah kita saling terhubung dalam doa.
Terkadang
tempat-tempat baik hanya menjadi persinggahan sementara, untuk kemudian Allah
perjalanan ke tempat baik selanjutnya. Jalani saja, asal untuk kebaikan, asal
Allah suka, asal Allah ridha. Selamat menjemput takdir demi takdir baik
berikutnya. (Memburu hikmah 24 Juni 2019)
Semoga Allah
senantiasa istiqomahkan kita untuk menjadi khadimul Qur'an di manapun berada.
Magelang, 22 Juni
2025
Al faqir yang
senantiasa tak berdaya, tanpa kuasa dan pertolongan-Nya, @dandelionasri
Terimakasih bu asri.... Sambil mewek...
BalasHapus